Ticker

6/recent/ticker-posts

Syekh Nawawi pulang dari Mekkah berjuang di Banten

 


Selamat berjumpa kembali sahabat pencinta para ulama. Kali ini saya akan melanjutkan kisah ulama Banten yang terkenal dan termasyhur di dunia yakni syekh Nawawi Al Bantani. Pada kisah sebelumnya saya berkisah syekh Nawawi berada di Mekkah yang awalnya menunaikan ibadah haji tapi saking cintanya pada ilmu beliau beliau tidak memilih untuk pulang tetapi berguru pada para ulama besar di tanah suci. 

Kali ini kali ini saya sedikit akan berkisah berdasarkan bacaan saya yang sedikit tahu tentang syekh Nawawi. Ketika pulang dari Mekkah. 

Sesampainya langkahnya di tanah Banten syekh Nawawi melihat banyak tantangan yang dihadapinya. Beliau melihat masyarakat Banten diselimuti kabut tebal kebodohan dan penderitaan yang menjauhkan mereka dari pencerahan. Aksi penghancuran sendi-sendi kekuatan Banten yang dilakukan oleh kolonial Belanda seolah sudah sempurna. 

Masyarakat Banten terlibat perang sesama diadu domba oleh kolonial Belanda, Untuk jauh dari agama, jauh dari pengetahuan, tekanan Belanda hadir di sana-sini, mana tradisi dan mana agama tidak jelas lagi. Praktik ketidakadilan, kesewenang-wenangan, dan penindasan terus dilancarkan kolonial Belanda sampai membuat masyarakat tidak punya pilihan apa-apa. 

Melihat kenyataan yang sedemikian buram, syekh Nawawi meneguhkan tekad untuk berjihad di Medan ilmu pengetahuan. Menurutnya, kebodohan lah yang menjadi sumber malapetaka masyarakat Banten. Kebodohan masyarakat lah yang membuat kolonial Belanda menjadi semakin semena-mena. 

Mulailah syek Nawawi berkeliling Banten untuk menyadarkan masyarakat agar bangkit dari keterlenaan dan kebodohan serta mengobarkan perlawanan terhadap penjajah melalui forum dan kegiatan keilmuan. Lama-kelamaan langkah syekh Nawawi tercium oleh kolonial Belanda. Belanda melihat syekh Nawi sebagai ancaman atas kemapanannya dalam melakukan berbagai aksi kezaliman. 

Belanda melakukan pengintaian terhadap syekh Nawawi. Pada akhirnya Belanda mengeluarkan aturan untuk membatasi gerak-gerik syekh Nawawi. Belanda melarang menjadi khotbah jumat di masjid-masjid untuk syekh Nawawi. Bahkan belakangan beliau dituduh sebagai pengikut pangeran Diponegoro yang ketika itu memang sedang mengobarkan perlawanan terhadap penjajah Belanda (1825-1830 M). 

Syekh Nawi akhirnya ikut diciduk Belanda dan sempat dimasukkan ke dalam sel untuk beberapa lama. Seolah tak ingin keberadaan syekh Nawawi menghantui kemapanannya, pihak Belanda terus melakukan berbagai macam pembatasan dan penghadangan untuk mempersempit kiprahnya dalam menyadarkan masyarakat Banten dari belenggu penjajah Belanda saat itu.  

Demikianlah kisah syekh Nawawi ketika berjuang di Banten setelah berguru di tanah suci. Cerita ini akan berlanjut bahwa syek Nawawi akan menetap di Mekkah. Terima kasih kepada para pembaca yang telah membaca tulisan ini. 

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-4370814402469268"

     crossorigin="anonymous"></script>

Posting Komentar

0 Komentar