Ticker

6/recent/ticker-posts

Saefullah,M.Pd Ketua Paguron Lutung Kasarung Seminarkan Debus di Hadapan APBIPA Jerman

 




Seminar budaya Banten dengan melalui virtual  untuk APBIPA Jerman dari Pasacasarjana Pendidikan Bahasa Indonesia hari Sabtu kemarin tanggal 23 telah berlangsung di ruang rektorat Universitas Muahmmadiyah Tangeran. Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia Saefullah,M.Pd bertindak sebagai narasumber mempresentasikan sejarah Seni Tradisi Debus di Banten berawal dari zaman kepemerintahan Sultan Maulana Hasanudin Banten. 

Dalam pemaparannya Seni Tradisi Debus awalnya berasal dari Timur Tengah pada abad ke 13 dengan nama Al-Madad. Kesenian tersebut dijadikan sebagai alat syiar menyebarkan agama Islam serta dikembangkan di Kesultanan Banten.  

Pada Masa kepemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa kesenian Debus menjadi musik yang penyemangat prajurit Banten. Di masanya telah terjadi titik kejenuhan para prajurit Banten dalam latihan keprajuritan di Kesultanan Banten. Syakh Al-Madad menyampaikan keresahannya pada sultan dan sultan merenung sejenak pada akhir menemukan ide bagaimana kalau prajurit Banten latihannya diberikan musik Debus alhasil semua prajurit kembali semangat. 

Seni Tradisi Debus  pun telah menjadi tradisi disetiap latihan bahkan menjadi sarana untuk ke prajuritan Kesultanan Banten diantaranya; (1) Uji coba kemampuan silat dan ilmu kanuragan, (2) Untuk latihan rutinan para prajurit Banten, dan (3) Uji  kelayakan kenaikan tingkat keprajuritan Banten.
Saefullah juga mengungkapkan dirinya juga penggiat Seni Tradisi Debu di Paguron Lutung Kasarung Asuhan Abah Sani'in. Saefullah pun diamanahi sebagai Ketua Paguron Lutung Kasarung bersama putrinya Nia Kurniawati selaku Bendahara mengelola paguron. 

Setelah usai presentasi banyak pertanyaan dari Audian bahkan hostnya ibu Andi selaku Ketua APBIPA Jerman banyak bertanya pula; diantaranya (1) Apakah debus terjadi kebal hanya disaat pentas saja atau permanen kebal? (2). Apakah sebelum melakukan pementasan apakah ada persiapan yang harus di persiapkan. 

Saefullah selaku narasumber menjawab sambil tersenyum etikanya seni tradisi debus merupakan hasil daya cipta para pendahulu makan sebelum kita pentas kita harus mendokan dan memohon keselamatan pada Allah SWT dengan cara tawasul. Kekuatan ilmu kekebakan para penggiat tergantung pada individunya. Ada yang permanen ada juga yang hanya untuk pementasan saja atau isian. 
Setelah itu masih banyak pertanyaan yang menghujani Saefullah semuanya terjawab diantaranya ada yang bertanya tentang kesamaan seni tradisi debus dengan seni tradisi kekuatan dan kedigdayaan ditempat lain apakah masih sama. (Ipul)



Posting Komentar

0 Komentar